Sebuah pengharapan terhadap negeri adalah kesejahteraan dan keamanan bagi rakyat yang ada didalam negeri tersebut. Tapi dengan kondisi yang penuh huru hara dan carut-marutnya pemerintahan di negeri ini rasanya harapan itu terasa hampa. Terkadang harapan itu ada seperti mimpi yang berlalu sekejap saja, yaitu harapan akan adanya seorang pemimpin yang membawa cahaya Allah yang menyinari kehidupan rakyat yang berada dalam kegelapan yang berkepanjangan ini. Yaitu pemimpin yang mampu meredam kegersangan hati dengan membawakan kita setetes embun keimanan yang menyejukkan, yang memberikan kepastian masa depan yang gilang gemilang didunia dan dengan kebahagiaan yang tiada kunjung padam lagi di akhirat yakni di surga tentunya.
Tentunya kita telah mengetahui banyak permasalahan bangsa ini yang sangat rumit. Terkadang kita berfikir keras kenapa dan kenapa tentang permasalahan negeri ini yang terus bergulir dalam kenestafaan. Suatu pertanyaan yang ada dibenak kita ketika pemimpin kita yang dianggap ulama atau ustadz telah mengkianati janjinya terhadap Allah. Bahkan ia telah mengambil hak kita dengan melakukan korupsi. Yang begitu hebohnya, pemimpin yang kita pilih ternyata masih bermasalah dengan sebuah hal yang sangat urgen yakni terkait moral atau akhlak. Perlu kita sadari masih banyak yang perlu kita perbaiki dinegeri ini. Dan seharusnya yang memimpin kita adalah orang yang hubbu ilahi bukan hubbud dunia.
Jika kita ingin benar-benar mencari kebenaran itu tentunya kita pasti berfikir dan bertafakur dan segera menjawab serta mencari siapakah yang sesungguhnya menjadi ulama yang sesungguhnya itu, yang tentunya bergelar AL-HAQ itu dan mampu melepaskan rakyat dari jeratan kebodohan dan kemiskinan, dan mampu berlaku seperti ujan yang menghidupkan bumi yang gersang menjadi sejuk. Dengan mengembalikan kepada kedua pusaka islam kita pasti dapat menjawabnya dan mampu mencari orangnya yang mampu menjawab permasalahan kita semua.
Di dalam hadist Rasulullah dinyatakan bahwa Al-Ulama Warotsatul Anbiya’ yang berarti ulama adalah pewaris nabi, dapat kita pahami dengan mata hati kita bahwa ulama mewarisi segala apa yang ada dalam diri Rasul kedalam diri ulama tersebut. Dari segi bahasa Al-Ulama diatas memakai isim makrifah yang menandakan kekhususan dan ketentuan. Berarti ada sebuah kekhususan yang menjadi ciri khas ulama yang dimaksud.
Adapun ciri khas yang melekat pada ulama tersebut yakni disebutkan oleh Syeikh H.A.D Syarif Alam adalah:
1.Lelaki yang merdeka : artinya tidak terikat dengan pekerjaan tertentu dan selalu mempunyai waktu apabila diperlukan oleh ummat.
2.Tabligh menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Seorang ulama ini tidak menuntut upah dalam berdakwah, tidak bosan-bosannya bertabligh mengajak ummat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dan siapa mengikut kepadanya maka akan berubalah sikapnya dari yang buruk menjadi yang baik yaitu dari yang malas menjadi rajin, dari yang sempit hatinya menjadi lapang, dari gelisah menjadi tenang.
3.Taqwa : berfirman Allah Ta’ala:
“bertaqwalah kamu kepada Allah, maka Allah akan membuat segala urusannya menjadi mudah baginya(Q.S. Ath-Talaq:4)
“hanya ulama sajalah yang paling taqwa kepada Alla di antara hamba-hambaNya(Q.S. Al-Fathir: 28)
Maksudnya kata takwa disini dimaknai bukan sekedar takut tapi makna yang sangat dalam yakni seorang yang sudah taubat dari segala maksiat yang lahir dan batin. Dan senantiasa selalu mengevaluasi diri jika ada kesalahan dengan ucapan istighfar.
4.Wara’ yakni kehidupannya disibukkan dengan beribadah kepada Allah berbuat kebaikan, menuntun ummat kepada keridoan Allah, melatih ummat dengan I’tikaf di masjid dengan mengajarkan ummat beramal yang wajib dan sunnah. Melatih ruhani atau hati agar tetap dekat dengan Allah.
5.Qonaah yakni tidak tama’ dan tidak serakah, tetapi menyelaraskan diri dengan kesederhanaan
6.Ikhlas yakni : sebuah kata yang sulit dimaknakan dan dilaksanakan, yang pasti Rasulullah pernah bersabda manusia akan binasa seluruhnya kecuali yang beriman, yang beriman juga binasa kecuali yang beramal, dan mereka yang beramal akan akan binasa kecuali yang ikhlas” maka dimaknai bawa ikhlas adala seorang beribadah semata-mata untuk bertaubat dan mengabdi akan majikannya dengan hati yang lapang.
7.Tawadu’/renda hati: Rasulullah bersabda: “barang siapa yang merendahkan dirinya, maka Allah akan memuliakannya dan barang siapa yang menyombongkan dirinya maka Allah Akan merendakannya”
8.Sabar : berfirman Allah : “hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan solat menjadi penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang sabar”(Q.S. Albaqarah: 153)
9.Ridho : yakni suasana hati merasa bahagia dengan apa yang ditetapkan Allah Swt. Atau tidak cemas hati menerima takdir Allah. Ali bin Abi Tholib berkata bahwa jika doaku dikabulkan aku mendapat 1 kebaagiaan namun jika doaku tidak dikabulkan maka aku mendapat 10 kebahagiaan karena aku rela dengan keinginan dan ketetapan tuhanku.
10.Dzikir: Allah berfirman: “dan sebutlah nama Allah dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai” (Q.S. Al-A’raaf 205)
11.Istiqomah yakni teguh dalam pendiriannya beragama dan selalu memberikan bantuan. Terlepas dari keragu-raguan, teguh dan kuat yakin pengenalannya kepada Allah, terlepas dari taqlid dan doqma, dan waham serta was-was.
12.Mempunyai surat mandat dari ulama yang haq(guru yang mengajarkannya beragama)
Demikian beberapa tanda yang wajib seorang pemimpin ummat atau ulama yang bisa menjadi ikutan kita setelah tiadanya Rasulullah di tengah kita agar kita tidak tersesat dalam kegelapan. Semoga kita menjadi orang yang telah mengikut pada ulama yang demikian ciri khasnya. Semoga dapat menjadi bahan literatur dalam mencari sebuah kebenaran yang haq. Meski kegelapan telah menyelimuti dunia namun cahaya itu masih tetap ada walau sulit menemukannya. Semoga bermanfaat.
kiriman ustadz Muhammad Anwar Sadat Al-lubisi
Leave a Reply