Menikah itu setengah
dari agama
Bulan Syawal 1437 H, banyak sahabat muda yang mengundangku
kepernikahannya. Dalam kotak pesan ada juga tertera pernyataan, berikan kami
nasehatmu ayahanda atau abanganda…!
kepernikahannya. Dalam kotak pesan ada juga tertera pernyataan, berikan kami
nasehatmu ayahanda atau abanganda…!
Apa ya nasehat yang kusampaikan….?, Aku yakin, para penasehat perkawinan yang
sudah tersohor sudah diundang pada acara “walimah ‘urusy” itu. Paling tidak, Ka
KUA, atau petugas lainnya sudah mengulas berbagai ayat dan hadis tentang
keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah.
sudah tersohor sudah diundang pada acara “walimah ‘urusy” itu. Paling tidak, Ka
KUA, atau petugas lainnya sudah mengulas berbagai ayat dan hadis tentang
keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah.
Pada kesempatan ini, aku hanya ingin mengingatkan adanya sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, yang artinya,
diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, yang artinya,
”Apabila seorang hamba menikah maka sungguh orang itu telah menyempurnakan
setengah agama maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah dalam setengah yang
lainnya.” (H.R. Baihaqi)
setengah agama maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah dalam setengah yang
lainnya.” (H.R. Baihaqi)
Berdasarkan hadis itu, bila seseorang menikah maka ujiannya lebih berat
daripada orang yang tidak menikah. Ujian orang yang menikah tidak hanya
terhadap istri dan suaminya saja, tetapi juga ujian terhadap mertua, keluarga
istri, ipar, anak, orangtua kandung, dan sebagainya. Sebaliknya orang yang
tidak atau belum menikah, maka ujiannya lebih sedikit, paling-paling terhadap
orangtua dan adik atau kakak.
daripada orang yang tidak menikah. Ujian orang yang menikah tidak hanya
terhadap istri dan suaminya saja, tetapi juga ujian terhadap mertua, keluarga
istri, ipar, anak, orangtua kandung, dan sebagainya. Sebaliknya orang yang
tidak atau belum menikah, maka ujiannya lebih sedikit, paling-paling terhadap
orangtua dan adik atau kakak.
Menikah itu sangatlah indahlah, banyak yang senyum-senyum mengingat semakin
dekatnya hari pernikahannya, membayang berbagai surga yang bakal digapai. Akan
tetapi dibalik keindahan itu ada perjuangan menjalankannya cukup berat.
Pertama, kita harus menyesuaikan diri dengan pasangan (istri/suami) yang
berbeda karakter dengan kita. Menyatukan dua insan yang berbeda latar belakang,
sifat, perangai, budaya, dan lain lain bukan hal yang mudah. Ada yang
membutuhkan waktu penyesuaian yang cepat dan ada pula yang bertahun-tahun.
Konflik antara suami istri pasti ada sampai dihasilkan titik temu atau bahkan
tidak tercapai penyesuaian yang akhirnya berujung pada perceraian. Itulah ujian
pertama.
dekatnya hari pernikahannya, membayang berbagai surga yang bakal digapai. Akan
tetapi dibalik keindahan itu ada perjuangan menjalankannya cukup berat.
Pertama, kita harus menyesuaikan diri dengan pasangan (istri/suami) yang
berbeda karakter dengan kita. Menyatukan dua insan yang berbeda latar belakang,
sifat, perangai, budaya, dan lain lain bukan hal yang mudah. Ada yang
membutuhkan waktu penyesuaian yang cepat dan ada pula yang bertahun-tahun.
Konflik antara suami istri pasti ada sampai dihasilkan titik temu atau bahkan
tidak tercapai penyesuaian yang akhirnya berujung pada perceraian. Itulah ujian
pertama.
Ujian berikutnya adalah bagaimana menempatkan diri terhadap mertua sembari
tetap memberi perhatian kepada orangtua kandung. Timpang memperhatikan salah
satu bisa menimbulkan ujian batin yang berujung pada konflik antara suami dan
istri. Terlalu perhatian kepada orangtua kandung bisa menimbulkan kecemburuan
pasangan. Sebaliknya terlalu sayang kepada istri/suami atau mertua bisa membuat
orangtua merasa tidak dibutuhkan lagi. Termasuk dalam ujian ini adalah keluarga
mertua seperti adik atau kakak ipar dan saudara-saudaranya. Pokoknya
pandai-pandai menempatkan diri sajalah.
tetap memberi perhatian kepada orangtua kandung. Timpang memperhatikan salah
satu bisa menimbulkan ujian batin yang berujung pada konflik antara suami dan
istri. Terlalu perhatian kepada orangtua kandung bisa menimbulkan kecemburuan
pasangan. Sebaliknya terlalu sayang kepada istri/suami atau mertua bisa membuat
orangtua merasa tidak dibutuhkan lagi. Termasuk dalam ujian ini adalah keluarga
mertua seperti adik atau kakak ipar dan saudara-saudaranya. Pokoknya
pandai-pandai menempatkan diri sajalah.
Macam-macam saja
ujiannya
ujiannya
Kalau sudah mempunyai anak, maka anak tidak hanya sebagai rahmat tetapi juga
sekaligus ujian. Macam-macam saja ujiannya, mulai dari ujian kesabaran dalam
mendidik anak hingga ujian ekonomi karena kebutuhan keluarga makin besar.
Orangtua harus berjuang untuk untuk memenuhi hak anak. Pada saat-saat sulit
bisa saja orangtua lupa pada iman sehingga melakukan hal-hal yang terlarang
guna memenuhi kebutuhan keluarga. Banyak yang gelap iman, melakukan korupsi,
apakah korupsi waktu, atau korupsi yang menjijikkan itu.
sekaligus ujian. Macam-macam saja ujiannya, mulai dari ujian kesabaran dalam
mendidik anak hingga ujian ekonomi karena kebutuhan keluarga makin besar.
Orangtua harus berjuang untuk untuk memenuhi hak anak. Pada saat-saat sulit
bisa saja orangtua lupa pada iman sehingga melakukan hal-hal yang terlarang
guna memenuhi kebutuhan keluarga. Banyak yang gelap iman, melakukan korupsi,
apakah korupsi waktu, atau korupsi yang menjijikkan itu.
Jika kehidupan berkeluarga itu sungguh berat perjuangannya. Lantas, apakah
sahabat mudaku menjadi takut menghadapi masa depan berkeluarga? Apakah antum
memilih akan tetap membujang atau menikah? Kalau tetap membujang memang antum
akan terhindar dari ujian dan perjuangan yang berat itu, tetapi antum belum
menjalankan setengah dari ajaran agama. Mungkin baru seperempat atau
sepertiganya saja. Jika menikah maka berarti antun sudah menyempurnakan
setengah dari ajaran agama dan setengahnya lagi adalah ketaqwaan dalam
menjalankan pernikahan itu. Menikah itu adalah ibadah dan setiap ibadah
mendapat ganjaran pahala dari Allah swt.
sahabat mudaku menjadi takut menghadapi masa depan berkeluarga? Apakah antum
memilih akan tetap membujang atau menikah? Kalau tetap membujang memang antum
akan terhindar dari ujian dan perjuangan yang berat itu, tetapi antum belum
menjalankan setengah dari ajaran agama. Mungkin baru seperempat atau
sepertiganya saja. Jika menikah maka berarti antun sudah menyempurnakan
setengah dari ajaran agama dan setengahnya lagi adalah ketaqwaan dalam
menjalankan pernikahan itu. Menikah itu adalah ibadah dan setiap ibadah
mendapat ganjaran pahala dari Allah swt.
Hidup itu penuh perjuangan dan ujian. Menikah itu berat, tetapi di balik yang
berat itu banyak pula nikmat yang diperoleh, nikmat lahir dan nikmat batin.
Pengalaman banyak orang memperlihatkan, bahwa orang yang sudah menikah lancar
saja rezekinya, dimudahkan saja urusan dan rezekinya oleh Allah swt. Kadang
rezeki itu datang tidak disangka-sangka. Apalagi kalau sudah punya anak,
semakin deras saja rezeki mengalir dari-Nya untuk menghidupi si anak. Orang
yang mendapat rezeki seringkali mengatakan itu rezeki anaknya yang baru lahir.
Rahasia Allah tentang hidup memang sebuah misteri
berat itu banyak pula nikmat yang diperoleh, nikmat lahir dan nikmat batin.
Pengalaman banyak orang memperlihatkan, bahwa orang yang sudah menikah lancar
saja rezekinya, dimudahkan saja urusan dan rezekinya oleh Allah swt. Kadang
rezeki itu datang tidak disangka-sangka. Apalagi kalau sudah punya anak,
semakin deras saja rezeki mengalir dari-Nya untuk menghidupi si anak. Orang
yang mendapat rezeki seringkali mengatakan itu rezeki anaknya yang baru lahir.
Rahasia Allah tentang hidup memang sebuah misteri
Leave a Reply