PADANG – Suatu hari nanti,
kita akan menjadi memori bagi sebagian orang. Sebab itu, lakukanlah yang
terbaik, berikan karya terbaik, agar kita dikenang.
kita akan menjadi memori bagi sebagian orang. Sebab itu, lakukanlah yang
terbaik, berikan karya terbaik, agar kita dikenang.
Agaknya, prinsip
itulah yang
dijalani Yan Channiago dalam hidupnya, lewat novel Menggapai Bintang (2016) yang ditulisnya. Ia
ingin berbagi pengalaman hidup kepada semua orang, untuk meraih kesuksesan.
itulah yang
dijalani Yan Channiago dalam hidupnya, lewat novel Menggapai Bintang (2016) yang ditulisnya. Ia
ingin berbagi pengalaman hidup kepada semua orang, untuk meraih kesuksesan.
Novel Menggapai Bintang karya Yan Channiago sukses diluncurkan dan
dibedah pada Minggu, (15/5), siang, di Rest
and Reading Corner Lantai 2 Toko Buku Sari Anggrek, Jalan Permindo, Padang,
Sumatera Barat.
dibedah pada Minggu, (15/5), siang, di Rest
and Reading Corner Lantai 2 Toko Buku Sari Anggrek, Jalan Permindo, Padang,
Sumatera Barat.
“Kesabaran dilakoni tokoh Aku (Yan) menghadapi
beratnya hidup di zaman penjajahan. Pada tahun 1947, ketika Yan masih berusia 4
tahun, ia mengikuti ayah ibunya pindah dari Painan ke Bengkulu. Perjalanan
ditempuh dengan pedati, masuk hutan ke luar hutan, naik turun bukit dan lembah. Sebuah
perjalanan yang tidak mudah jika dibandingkan dengan masa sekarang,” ujar Muhammad
Subhan, Penulis dan Pegiat Forum Aktif Menulis
(FAM) Indonesia, salah seorang narasumber pada acara
itu.
beratnya hidup di zaman penjajahan. Pada tahun 1947, ketika Yan masih berusia 4
tahun, ia mengikuti ayah ibunya pindah dari Painan ke Bengkulu. Perjalanan
ditempuh dengan pedati, masuk hutan ke luar hutan, naik turun bukit dan lembah. Sebuah
perjalanan yang tidak mudah jika dibandingkan dengan masa sekarang,” ujar Muhammad
Subhan, Penulis dan Pegiat Forum Aktif Menulis
(FAM) Indonesia, salah seorang narasumber pada acara
itu.
Menurut Muhammad
Subhan, meskipun
tokoh Yan diminta berhenti meneruskan sekolah oleh ayahnya, ketika itu Yan
menduduki kelas 3 SMA, karena himpitan ekonomi, namun atas dorongan semangat
dari kakak tertuanya, Yan tidak menyerah begitu saja dengan keadaan.
Subhan, meskipun
tokoh Yan diminta berhenti meneruskan sekolah oleh ayahnya, ketika itu Yan
menduduki kelas 3 SMA, karena himpitan ekonomi, namun atas dorongan semangat
dari kakak tertuanya, Yan tidak menyerah begitu saja dengan keadaan.
“Di novel ini, kita dapat melihat potret penderitaan
pribumi di Bengkulu atas kolonialisasi Belanda. Ketika di dalam barak, Belanda
makan roti dan minum susu sambil tertawa, di luar barak, pribumi
kelaparan,” kata Muhammad Subhan yang mengutip isi novel itu.
pribumi di Bengkulu atas kolonialisasi Belanda. Ketika di dalam barak, Belanda
makan roti dan minum susu sambil tertawa, di luar barak, pribumi
kelaparan,” kata Muhammad Subhan yang mengutip isi novel itu.
Dia memaparkan, novel ini juga berisi
realitas sosial pada waktu itu. Di Tapan, pengarang
mereportase musibah yang terjadi di
masa itu,
yaitu meluasnya wabah penyakit cacar yang
menyebabkan kematian penduduk. Reportase lain, di
novel ini banyak sekali catatan peristiwa sejarah yang diungkap pengarangnya.
realitas sosial pada waktu itu. Di Tapan, pengarang
mereportase musibah yang terjadi di
masa itu,
yaitu meluasnya wabah penyakit cacar yang
menyebabkan kematian penduduk. Reportase lain, di
novel ini banyak sekali catatan peristiwa sejarah yang diungkap pengarangnya.
Sementara itu, Denni Meilizon,
editor novel dan resentator buku sastra asal Silaping, Pasaman Barat, juga
tampil sebagai narasumber pada acara yang dihadiri
sekitar 70-an orang ini. Peserta terdiri dari kalangan sastrawan, seniman, pejabat dan mahasiswa
se–Sumatera Barat.
editor novel dan resentator buku sastra asal Silaping, Pasaman Barat, juga
tampil sebagai narasumber pada acara yang dihadiri
sekitar 70-an orang ini. Peserta terdiri dari kalangan sastrawan, seniman, pejabat dan mahasiswa
se–Sumatera Barat.
Menurut Denni Meilizon, novel Menggapai Bintang
tak sekadar novel memoar biasa, ini bisa menjadi referensi sejarah, karena
belum pernah saya temukan teks sejarah yang menerangkan kondisi Tapan hingga
Bengkulu pada masa itu.
tak sekadar novel memoar biasa, ini bisa menjadi referensi sejarah, karena
belum pernah saya temukan teks sejarah yang menerangkan kondisi Tapan hingga
Bengkulu pada masa itu.
“Novel ini sangat bagus
dibaca siapa saja, terutama generasi muda agar tidak mudah
untuk berputus asa dan sangat menyemangati kita semua untuk gigih
memperjuangkan cita-cita,” ujar Denni Meilizon yang juga Koordinator Forum Aktif Menulis (FAM) Wilayah Sumatera Barat.
dibaca siapa saja, terutama generasi muda agar tidak mudah
untuk berputus asa dan sangat menyemangati kita semua untuk gigih
memperjuangkan cita-cita,” ujar Denni Meilizon yang juga Koordinator Forum Aktif Menulis (FAM) Wilayah Sumatera Barat.
Yan Channiago,
penulis novel Menggapai Bintang, mengungkapkan
latarbelakang dirinya menulis novel setebal 224 halaman itu. “Sudah lama saya
tulis novel ini, namun tersendat pada bab ke
tiga. Ketika saya bertemu Muhammad Fadhli,
anggota FAM Sumbar, saya disemangati untuk menyelesaikan novel Menggapai Bintang ini, dan Alhamdulillah,
dalam tiga bulan novel ini pun tuntas saya
tulis,” ucap Yan Channiago, di
acara
yang dimoderatori Yusrina Sri, General Marketing Rumahkayu Publishing. Acara itu juga dihadiri Puji Atmoko, Kepala Kantor Bank Indonesia
Wilayah Sumatera Barat.
penulis novel Menggapai Bintang, mengungkapkan
latarbelakang dirinya menulis novel setebal 224 halaman itu. “Sudah lama saya
tulis novel ini, namun tersendat pada bab ke
tiga. Ketika saya bertemu Muhammad Fadhli,
anggota FAM Sumbar, saya disemangati untuk menyelesaikan novel Menggapai Bintang ini, dan Alhamdulillah,
dalam tiga bulan novel ini pun tuntas saya
tulis,” ucap Yan Channiago, di
acara
yang dimoderatori Yusrina Sri, General Marketing Rumahkayu Publishing. Acara itu juga dihadiri Puji Atmoko, Kepala Kantor Bank Indonesia
Wilayah Sumatera Barat.
Memeriahkan acara,
tampil Arif
Afsyah, artis IslamicTunes Malaysia yang membawakan OST. Menggapai Bintang, yang liriknya ditulis bersama Yan Channiago dan
Muhammad Fadhli. Di samping itu, diselingi pembacaan puisi Muhammad
Fadhli, penyair di Padang dan deklamasi puisi spontan penyair
nasional, Syarifuddin Arifin.
tampil Arif
Afsyah, artis IslamicTunes Malaysia yang membawakan OST. Menggapai Bintang, yang liriknya ditulis bersama Yan Channiago dan
Muhammad Fadhli. Di samping itu, diselingi pembacaan puisi Muhammad
Fadhli, penyair di Padang dan deklamasi puisi spontan penyair
nasional, Syarifuddin Arifin.
Pada kesempatan itu juga ditampilkan live acoustic Sahari Ramadhani feat. Silva Petria yang
merilis lagu religi keduanya yang bertajuk Syukurku,
sebuah lagu yang ditulis Silva Petria. Tidak hanya itu,
ikut tampil Nova Eka Putri membawakan
musikalisasi puisi yang sengaja ditulis untuk Pak
Yan Channiago, sebuah puisi berjudul ‘Menjahit Rindu Merah Jambu di Balik
Rambut Putih Ayah’ yang sebelumnya didahului penampilan beatbox dari SMP N 6 Padang.
merilis lagu religi keduanya yang bertajuk Syukurku,
sebuah lagu yang ditulis Silva Petria. Tidak hanya itu,
ikut tampil Nova Eka Putri membawakan
musikalisasi puisi yang sengaja ditulis untuk Pak
Yan Channiago, sebuah puisi berjudul ‘Menjahit Rindu Merah Jambu di Balik
Rambut Putih Ayah’ yang sebelumnya didahului penampilan beatbox dari SMP N 6 Padang.
“Para peserta memadati Rest and Reading Corner Sari Anggrek. Ini di luar prediksi kami, ternyata acara ini
mendapat respon luar biasa sekali dari pecinta literasi
di Sumatera Barat,” tambah Alizar Tanjung, ketua
panitia, yang juga seorang penulis yang baru saja merilis novel terbarunya berjudul ‘Anak-anak Karangsadah’. (*)
mendapat respon luar biasa sekali dari pecinta literasi
di Sumatera Barat,” tambah Alizar Tanjung, ketua
panitia, yang juga seorang penulis yang baru saja merilis novel terbarunya berjudul ‘Anak-anak Karangsadah’. (*)
Foto:
Penulis Novel Menggapai Bintang,Yan
Channiago Bersama Para Narasumber, Moderator, Para Pengisi Acara dan Para
Peserta Acara. (Doc. Rumahkayu)
Channiago Bersama Para Narasumber, Moderator, Para Pengisi Acara dan Para
Peserta Acara. (Doc. Rumahkayu)
Leave a Reply