IslamicTunesNews | AVAILABLE NOW DENI ADEN EXCLUSIVE ON HALAL CONTENT’S

Deni Aden
bintang nasheed international

Nama Deni Aden, penyanyi religi “Lautan Kasih” yang berjenggot
tipis ini, sudah tidak asing lagi di dunia Nasyid Indonesia, Apalagi kang Deni
ini sudah melalang buana sampai ke luar negeri, seperti Hongkong,
Malaysia,Singapore dan lainya. Sebelumnya tak terbayang di benaknya untuk
menjadi seorang munsyid. Ia mengaku pelan-pelan sedang belajar mencari jati
dirinya sebagai muslim dengan bernasyid.
“Saya ingin keberadaan nasyid
sebagai sarana syi’ar Islam bisa sejajar dengan trend musik lainnya yang
meramaikan blantika musik tanah air,” katanya.

Pria kelahiran Bandung Jawa Barat
yang sekarang menetap di Yogyakarta ini, banyak mengambil inspirasi langgam
dari lagu-lagu reliji yang kerap didengar sejak masih kanak-kanak saat tinggal
bersama orang tuanya yang juga ustadz dan ibundanya yang suka bersenandung
“qasidahan” di daerah perkebunan teh di selatan Bandung.
Masa SMP ia sempat menjadi santri
di Pondok Pesantren Wanasari Panyocokan Ciwidey dan Pondok Pesantren Darul
Falah Cihampelas Cililin Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Saat masa SMP tercatat
sebagai siswa SMPN 1 Ciwidey Bandung dan sempat menjadi ketua OSIS tahun
1993-1994.
Tahun 1998 lulus dari STMN Kimia
Bandung, pada masa ini sempat menjadi penulis, penyiar radio, penyanyi kafe,
vokalis grup band, dan terakhir menjadi pemandu wisata yang mengantarkannya
sampai di Yogyakarta.
Di masa-masa menjadi pemandu wisata
itulah, banyak mendapat tebaran hikmah dan pengalaman spiritual yang membawanya
kepada keputusan untuk mendalami musik religi.
Tahun 1999 Deni Aden hijrah ke
Yogyakarta. Ia kuliah di FKIP Jurusan Bahasa Inggris Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa Yogyakarta. Di kota pelajar inilah secara tidak sengaja bertemu
dengan Gus Muhammad Basis, salah seorang ulama dan budayawan Yogyakarta yang
mendukungnya untuk serius di jalur seni religi.
Di tahun itu pula mulai atas
inisiatif dan support Gus Muhammad Basis, dibentuk grup nasyid beraliran
akustik dengan beberapa teman kuliah dari Riau, Gorontalo, Palembang, dan
Lombok. Grup yang dibentuk bernama Eling Karepe (sekarang Sapu Jagad).
“Eling karepe berasal dari bahasa
Jawa, Eling artinya ingat, Karepe artinya maunya, maunya ingat, ke barat, ke
timur, ke utara, ke selatan, ingat maunya kepada Allah. Begitu filosofis yang
diambil oleh Gus Muhammad Basis yang memberi nama Eling karepe,” jelas Aden.

Berawal dari ‘Eling Karepe’
Di masa awal berdiri, keberadaan Eling
Karepe banyak diapresiasi masyarakat Yogyakarta, walau semua personil bersal
dari luar Yogyakarta. Berbagai event perlombaan musik reliji di Yogyakarta dan
Jawa Tengah banyak diikuti Eling Karepe dan tak jarang menjadi pemenang dalam
event tersebut.
Sejak kemunculannya, Eling Karepe,
grup yang mengambil genre akustik ini, banyak mendapat apresiasi dan diundang
untuk mengisi berbagai acara, tidak hanya di Yogyakarta namun juga sampai di
luar Jawa seperti Madura, Jambi, Riau, dan lainnya. Bahkan, tak jarang Eling
Karepe berkolaborasoi dengan seniman muslim/nasyider lainnya, seperti Raihan,
Snada, Opick Tombo Ati, The Fikr, Tazakka, dan Justice Voice.

Ciri khas sebuah nasyid tak begitu
mudah untuk diciptakan tanpa adanya keseriusan dan skill dari personilnya. Tak
terkecuali dengan Eling Karepe. Grup nasyid kota pelajar ini berusaha untuk
menghasilkan karya-karya lagu nasyid yang easy listening alias mudah dinikmati.
Hal ini pun diterapkan Eling Karepe.
Eling Karepe (EK) lebih banyak
membawakan lagu-lagu bernuansa shalawat yang familiar di masyarakat Jawa.
Karya-karya EK banyak didominasi nuansa etnik. Ragam etnik Melayu, Jawa, Sunda,
Lombok dan Padang Pasiran. Karya-karya EK pun dapat di download sebagai nada
tunggu Handphone.

Aktif Membuat Lagu Religi
Bagi Deni Aden, nasyid adalah satu
aliran berkreasi yang menyuguhkan karya bernuansa relijus. Di Indonesia
perkembangan nasyid cukup pesat, kalau dulu hanya disuguhkan eksklusif dalam
acara-acara religi tertentu, kini seiring perkembangan, nasyid sudah sangat familiar
dengan masyarakat. Tak sedikit masyarakat yang merespon bagus akan keberadaan
seni nasyid yang pada perkembanganya mengalami berbagai ekplorasi dengan
karakter dan ciri tersendiri.
Tahun 2003 Deni Aden mengeluarkan
album perdana bertitel Anak Adam. Di album inilah laguDoamu Ibu dan Mulo Elingo
sempat menjadi hits dan banyak di-request di radio-radio, tidak hanya di
Yogyakarta, namun juga di luar Yogyakarta.
Beberapa lagu dalam album Eling
Karepe, seperti Mulo Elingo dan Ajaran Sunan Drajat, terinspirasi dari syair
klasik peninggalan Walisongo. Hal ini pun kerap diambil sebagai syair oleh
musisi Islam lainnya. Lagu-lagu tersebut bahkan mencapai hits, seperti lagu
Tombo Atiyang popular dibawakan dalam nuansa baru oleh Opick dan Lir-Ilir yang
populer oleh Cak Nun dan Kyai Kanjeng.
Dua tahun kemudian, Deni Aden
kembali mengeluarkan album kedua yang bertitel Shaum (2005). Lagu-lagu dalam
album ini antara lain Sepertiga Malam Terakhir, Pangharapan Hamba, Pengakuan
Kehinaan, dan Doa Sapu Jagad.
Khusus Doa Sapu Jagad sempat
dibawakan kolaborasi bersama Faris dan Jusvan ‘Justice Voice’ Serta Taqin
‘Fatih’. Tahun 2007, keluar album Kinasih (2007) yang mencetak hits Kinasih,
Ajaran Sunan Drajat, Kerudian lagi, dan Syukur Nikmat.
Pada Ramadhan 1430 H/2009, terjadi
pergantian personil Eling Karepe dan perubahan nama menjadi grup Sapu Jagad.
Sempat rehat selama dua bulan. Di masa transisi inilah, Deni mendapat tantangan
baru, yakni tawaran dari produser untuk mengeluarkan album solo bergenre pop
religi.
Dalam kurun waktu dua bulan, ia
berhasil diciptakan 10 lagu yang diaransemen khusus oleh arranger/musisi senior
Yogyakarta, Bang Yudhi Bakiak. Semua syair diambil dari kumpulan puisi religi
Oase karya Gus Muhammad Basis. Lagu-lagu dalam album ini antara lain Sapu Jagad,
Hakikat Hidup, Ruh Suci, Nur Muhammad, Kekasih, Musafir, Janya Allah, Sambung
Sanak, Kafirkah Aku dan Anak Cucu Adam.

Melodi di album Sapu Jagad lebih
sederhana dibandingkan album sebelumnya. Untuk mendapatkan nuansa khusus dan
mood dalam lagu-lagu di album Sapu Jagad, Deni sempatsearching nada di
Pesantren di Bandung. Di sinilah ia banyak mendapat inspirasi dari
langgam-langgam yang sudah populer di masyarakat.
Pendekatan itulah yang diambil
dengan harapan lagu-lagu di album Sapu Jagad bisa dengan mudah diterima
berbagai lapisan masyarakat.
Harapan ke depan, semoga diberi
istiqomah di jalur ini dan senatiasa mengharapkan doa dari masyarakat seperti
dalam senandung Sapu jagad, yakni kebaikan di dunia dan akhirat.

Bangga terhadap BMI Hong Kong
Deni Aden mengaku sangat bangga
dengan teman-teman BMI di Hong Kong. Dengan banyaknya organisasi Islam BMI dan
semangat syiar dan dakwah yang sangat tinggi, ia berharap teman-teman BMI tetap
bersemangat berdakwah.
“Jangan lupa dengan misi dan
cita-cita kita datang ke Hong Kong dan jadilah teladan yang baik,” tutur
munsyid yang selama di Hong Kong juga sering mengisi tausiyah di sejumlah
organisasi BMI Hong Kong ini.


Posted

in

, ,

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *