IslamicTunesNews | BAGAIMANA LEBARANNYA RASULULLAH SAW

Bagaimana
Lebarannya Rasulullah SAW

Idul Fitri adalah anugerah Allah kepada umat Nabi Muhammad, tak
salah bila disambut dengan suka cita. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Annas RA. “Rasulullah SAW datang, dan penduduk
Madinah memiliki dua hari, mereka gunakan dua hari itu untuk bermain di masa
Jahiliyah. Lalu beliau berkata, ‘Aku telah mendatangi kalian dan kalian
memiliki dua hari yang kalian gunakan untuk bermain di masa Jahiliyah. Sungguh
Allah telah menggantikan untuk kalian dua hari yang lebih baik dari itu, yaitu
hari Nahr (‘Idul Adha) dan hari Fithr (‘Idul Fithri)’.”

Hanya saja dalam kegembiraan ini jangan sampai berlebih-lebihan,
baik itu dalam berpakaian, berdandan, makan, tertawa. Dan di malam Hari Raya
‘Idul Fithri pun, kita hendaknya tidak terlarut dalam kegembiraan sehingga kita
lupa untuk menghidupkan malam kita dengan qiyamul lail. Bukankan kita sudah
dilatih untuk menghidupkan malam-malam kita dengan Tarawih selama bulan
Ramadhan? Dan Rasulullah SAW pun bersabda, dari Abu Umamah RA, “Barang siapa
melaksanakan qiyamul lail pada dua malam ‘Id (‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha)
dengan ikhlas karena Allah SWT, hatinya tidak akan pernah mati di hari matinya
hati-hati manusia’.” (HR Ibnu Majah).

Menyambut
Lebaran Dengan Keriangan Yang Bersahaja
Marilah kita lihat bagaimana Rasulullah SAW menyambut Lebaran
dengan keriangan yang bersahaja. 
Pagi itu, tepatnya 1 Syawwal, Rasulullah SAW keluar dari tempat i’tikafnya,
Masjid Nabawi. Beliau bergegas mempersiapkan diri untuk berkumpul bersama
umatnya, melaksanakan salat ‘Id.  Nabi juga menyuruh semua kaum muslimin,
dewasa, anak-anak, laki-laki, dan perempuan, baik perempuan yang suci maupun
yang haid, keluar bersama menuju tempat shalat, supaya mendapat keberkahan pada
hari suci tersebut.
Menurut hadits Ummu ‘Athiyyah, “Kami diperintahkan untuk
mengeluarkan semua gadis dan wanita, termasuk yang haid, pada kedua hari raya,
agar mereka dapat menyaksikan kebaikan hari itu, juga mendapat doa dari kaum
muslimin. Hanya saja wanita-wanita yang haid diharapkan menjauhi tempat
shalat.” (HR Bukhari-Muslim).
Dikatakan oleh Ibnu Abbas, “Rasulullah SAW keluar dengan seluruh
istri dan anak-anak perempuannya pada waktu dua hari raya.” (HR Baihaqi dan
Ibnu Majah).
Ibnu Abbas dalam hadits yang diriwayatkannya menuturkan, “Saya
ikut pergi bersama Rasulullah SAW (waktu itu Ibnu Abbas masih kecil),
menghadiri Hari Raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha, kemudian beliau shalat dan
berkhutbah. Dan setelah itu mengunjungi tempat kaum wanita, lalu mengajar dan
menasihati mereka serta menyuruh mereka agar mengeluarkan sedekah.”

Sebelum melaksanakan salat ‘Id, terlebih dahulu Rasulullah
membersihkan diri. Lalu beliau berdoa, “Ya Allah, sucikanlah hati kami
sebagaimana Engkau sucikan badan kami, sucikanlah bathin kami sebagaimana
Engkau telah menyucikan lahir kami, sucikanlah apa yang tersembunyi dari orang
lain sebagaimana Engkau telah menyucikan apa yang tampak dari kami.”

Ada juga riwayat yang mengatakan, Rasulullah, setelah mandi,
memakai parfum. Anas bin Malik berkata, “Rasulullah SAW memerintahkan kita di
dua hari raya mengenakan pakaian terbagus yang kita miliki, menggunakan parfum
terbaik yang kita miliki, dan berqurban (bersedekah) dengan apa saja yang
paling bernilai yang kita miliki.” (HR Al-Hakim, dan sanadnya baik).

Imam Syafi’i dengan sanad yang juga baik meriwayatkan, Rasulullah
SAW mengenakan kain burdah (jubah) yang bagus pada setiap hari raya. Pakain
terbagus dalam hal ini bukan berarti baru dibeli, tetapi terbagus dari yang
dimiliki. Lebih khusus lagi Imam Syafi’i dan Baghawi meriwayatkan, Nabi SAW
memakai pakaian buatan Yaman yang indah pada setiap hari raya (Pakaian buatan
Yaman merupakan standar keindahan busana saat itu).
Pada hari istimewa itu, beliau mengenakan hullah, pakaiannya
yang terbaik yang biasa beliau kenakan setiap hari raya dan hari Jum’at. Ini
merupakan tanda syukur kepada Allah, yang telah memberikan nikmat-Nya.
Kemudian, beliau mengambil beberapa butir kurma untuk dimakan.
Kurma yang dimakan biasanya jumlahnya ganjil, seperti satu, tiga, dan
berikutnya. Ini pertanda, hari itu umat Islam menghentikan puasanya.
Sepanjang perjalanan dari rumah menuju tempat salat ‘Id,
Rasulullah tak henti-hentinya mengumandangkan takbir dengan khidmat. “Allahu
Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamdu.”

Rasulullah SAW selalu melaksanakan shalat ‘Idul Fithri dan ‘Idul
Adha di tanah lapang, seperti disebutkan di dalam hadits riwayat
Bukhari-Muslim. Beliau baru melaksanakan salat ‘Id di masjid kalau hari hujan.
Menurut ahli fiqih, tempat salat ‘Id yang sering digunakan Rasulullah dan para
sahabat itu terletak di sebuah lapangan di pintu timur kota Madinah.
Rasulullah melaksanakan salat ‘Idul Fithri agak siang. Ini untuk
memberi kesempatan kepada para sahabat membayar zakat fithrah mereka. Sementara
salat ‘Idul Adha dilakukan lebih awal, agar kaum muslimin bisa menyembelih
hewan qurban mereka.
Jundab RA berkata, “Rasulullah SAW shalat ‘Idul Fitri dengan
kami ketika matahari setinggi dua tombak, dan shalat ‘Idul Adha dengan kami
ketika matahari setinggi satu tombak.”

Rasulullah melaksanakan salat ‘Idul Fithri dua rakaat tanpa
adzan dan iqamat. Pada rakaat pertama, beliau bertakbir tujuh kali dengan
takbiratul ihram dan kaum muslimin di belakangnya bertakbir seperti takbirnya.
Kemudian membaca surah Al-Fatihah dan surah lainnya dengan keras.
Pada rakaat kedua, beliau takbir qiyam (berdiri dari sujud)
kemudian bertakbir lima kali, kemudian membaca Al-Fatihah, disambung dengan
surah lainnya.
Namun ada juga sahabat yang tertinggal shalatnya. Maka misalnya
dia hanya mendapat tasyahhud, setelah imam salam dia shalat dua rakaat. Jadi
dia shalat dua rakaat, sebagaimana dia ketinggalan dua rakaat dari imam.
Lalu bagaimana dengan orang yang ketinggal shalat hari raya?
Menurut Ibnu Mas’ud, “Barang siapa tertinggal shalat hari raya, hendaklah dia
shalat empat rakaat sendiri.”
Abu Said Al-Khudri RA berkata, “Rasulullah SAW selalu keluar
pada Hari Raya Haji dan Hari Raya Puasa. Beliau memulai dengan shalat. Setelah
selesai shalat dan memberi salam, Baginda berdiri menghadap kaum muslimin yang
masih duduk di tempat shalatnya masing-masing. Jika mempunyai keperluan yang
mesti disampaikan, akan beliau tuturkan hal itu kepada kaum muslimin. Atau ada
keperluan lain, maka beliau memerintahkannya kepada kaum muslimin. Beliau
pernah bersabda (dalam salah satu khutbahnya di hari raya), ‘Bersedekahlah
kalian! Bersedekahlah! Bersedekahlah!’ Dan ternyata kebanyakan yang memberikan
sedekah adalah kaum wanita.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ketika berangkat untuk melakukan salat ‘Id, Rasulullah selalu
melewati jalan yang berbeda ketika pulangnya. Ini memudahkan para sahabat yang
hendak menemui beliau untuk mengucapkan selamat hari raya, sekaligus
menunjukkan kepada kaum kafir bahwa inilah umat Islam, yang keluar menuju
Allah, dan kembali kepada-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, dan berjalan di muka bumi
ini agar memperoleh keridhaan-Nya.

pondokhabib.wordpress.com

Posted

in

,

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *