IslamicTunesNews | FILM ASSALAMUALAIKUM BEIJING MENJADI INSPIRASI BUAT PEMUDA MUSLIM

Sahabat IslamicTunes sudah lihat Flim Assalamu’alaikum beijing belum….? Film “Assalamu’alaikum beijing”  pertama kali rilis pada 2014 lalu. Film yang mengadaptasi dari
novel karya Asma Nadia ini mengisahkan tentang perjuangan cinta. Sederet nama
bintang yang ikut meramaikan film seperti Revalina S. Temat, Laudya
Cynthia Bella, Morgan Oey, Ibnu Jamil, Desta, Ollyne Apple, Cynthia Ramlan dan
Jajang C. Noer.
Cerita diawali dengan  adegan saat tokoh
utama, Asmara (diperankan oleh Revalina S. Temat), harus menerima kabar
pengkhianatan kekasihnya sehari sebelum hari pernikahan mereka. Panggilan kerja
ke Beijing untuk meliput lanskap kota, arsitektur, dan kehidupan muslim disana
menjadi titik tolak utama dalam cerita. Asma berangkat ke Beijing dan tinggal
bersama sahabatnya yang sudah berkeluarga, Sekar (diperankan oleh Laudya
Cynthia Bella) dan Ridwan -suami Sekar- (diperankan oleh Desta). Dalam salah
satu perjalanan di bis, Asma berkenalan dengan seorang pemuda Tiongkok bernama
Zheng Wen (baca: Chungwen; diperankan oleh Morgan Oey) yang membantunya
memberikan informasi tentang halte tujuannya. 
Zheng Wen mengajak Asma berjabat
tangan untuk berkenalan, namun Asma menangkupkan kedua tangannya ke dada sambil
membalas menyebutkan nama, “Asma.” Dari sinilah ketertarikan antara keduanya
bermula. Zheng Wen yang tampan dan simpatik. Asma yang cantik dan teguh
prinsip. Layaknya Ashima, tokoh wanita dalam cerita rakyat Tiongkok yang
digambarkan oleh Zheng Wen sebagai gadis yang tidak hanya cantik rupanya, tetapi
juga mulia hatinya. Zheng Wen memanggil Asma dengan sebutan Ashima. Mereka
berpisah setelah Zheng Wen memberikan buku yang bercerita tentang legenda
Ashima kepada Asma, sementara Asma hanya sempat mengabadikan pertemuan pertama
mereka dengan memotret punggung Zheng Wen saat ia beranjak turun terlebih
dahulu dari bis. Asma dan Zheng Wen bertemu kembali saat Zheng Wen menjadi
pemandu tur bagi Asma, menunjukkan dan menceritakan berbagai bangunan
bersejarah di Beijing. Konflik mulai naik saat Dewa (diperankan oleh Ibnu
Jamil), mantan kekasih Asma muncul dan mengejar cinta Asma kembali. 
Asma yang
bersikukuh tidak akan menerima Dewa kembali, meminta Dewa untuk berhenti dan
pulang mengurus istri dan anaknya saja. Cerita mereka sudah berakhir dan
menjadi masa lalu bagi Asma. Sementara kisah romantis antara Asma dan Zheng Wen
sebagai jurnalis dan pemandu tur baru saja dimulai, Asma harus pulang ke
Indonesia karena ia divonis mengidap penyakit kelainan jantung dimana darah
bisa mengental secara mendadak di organ tubuh mana saja. Zheng Wen yang tadinya
begitu bersemangat hendak mengajak Asma mengunjungi kampung halamannya di Yunan
dan menunjukkan batu Ashima yang menjadi legenda tersebut, tampak sedih saat
mendapati surat Asma yang pamit dengan mengatakan harus pulang untuk urusan
keluarga. Lalu bagaimana kelanjutan kisah antara Asma dan Zheng Wen? Akankah
mereka bertemu kembali? Bagaimana dengan perbedaan keyakinan diantara mereka?
Apakah Asma mampu menemukan cinta sejatinya setelah ia pernah merasakan luka
sebelumnya, bahkan kini fisiknya pun menjadi tidak sempurna karena penyakitnya? begitulah penggalan kisahnya,,,ayo sudah nonton belum sahabat…??

“Ajarkan
aku mantra pemikat cinta Ahei dan Ashima, maka akan kutaklukkan penghalang
segala rupa agar sampai cintaku padanya.” -Asma Nadia
Saya sangat
suka dengan masing-masing karakter yang diperankan, terlihat begitu pas.
Apalagi karakter Zhong Wen yang diperankan oleh Morgan Oey yang terlihat sangat
natural, jauh lebih keren dari ekspetasi saya sebelumnya.
Sebagai orang baru di layar per-film-an, akting Morgan Oey di film ini patut
diacungi jempol. Begitupun dengan Revalina, Bella, dan Desta. Pasangan suami
istri Sekar dan Ridwan yang cukup kocak menjadi bumbu
pelengkap yang membuat film ini semakin menarik. Saya sangat suka dengan
cara mereka memainkan peran. Menerjemahkan kata demi kata yang ditulis oleh
Asma Nadia menjadi sebuah akting yang luar biasa. Satu lagi, keindahan Beijing
benar-benar tergambar disini, membuat saya ingin menginjakan kaki di tembok
terpanjang itu.
Nilai-nilai
islam yang terkesan kuno diramu dengan sangat ringan di film ini, dimana setiap
adegannya mampu menunjukan bahwa syariat islam itu universal, cocok diterapkan
dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun. Contohnya saja ketika Asma menjelaskan
jilbab dan pemikiran islam kepada Zhong Wen, tidak ada unsur diskriminatif
disana. Karakter Asma benar-benar menunjukan keindahan akhlak seorang muslim
terhadap sesama.
Nilai
selanjutnya yang ingin ditunjukan dalam film ini adalah tentang pernikahan
se-iman. Bagaimanapun kondisinya, pernikahan haruslah seiman, agar surga
menjadi tujuan. Seketika hati ini meleleh ketika Zhong Wen meminta restu kepada
ibunda Asma untuk menikahi putrinya, padahal kondisi Asma dalam keadaan sakit
parah, yang nantinya penyakit tersebut akan memunculkan banyak resiko. Sebuah
pelajaran hadir lagi disini bahwa cinta itu tentang ketulusan..

“Tidak
perlu fisik yang sempurna untuk kisah cinta yang sempurna.” -Zhong Wen
Saya sempat
meneteskan air mata, berkali-kali terharu melihat ketegaran seorang Asma dan
kekuatan tekad seorang Zhong Wen. Kisah cinta sederhana namun tidak biasa,
kisah cinta yang mengajarkan banyak hal tentang lika-liku kehidupan. 
Oh iya satu
lagi yang cukup penting, meski ber-genre drama romantis film ini aman dari
adegan-adegan dewasa, tapi tanpa mengurangi makna romantisme tersebut.
“Anak ini
akan setangguh kisah cinta Ayah dan Ibunya.” -Asma


Posted

in

,

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *