IslamicTunesNews | MENGENAL SOSOK UTSMAN BIN AFFAN


Dia adalah laki-laki yang hebat. Memiliki nama besar dalam sejarah
dunia. Namun capaiannya tidak banyak dikisahkan. Tidak seperti Abu Bakar dan
Umar bin al-Khattab 
radhiallahu ‘anhuma. Bukan
berarti capaiannya kalah mentereng dari kedua pendahulunya. Dialah juga
pahlawan dalam arti sebenarnya.

Pribadi Yang Mulia

Laki-laki Quraisy ini dikenal dengan gelaran Dzun Nurain, pemilik
dua cahaya. Karena ia menikahi dua orang putri Rasulullah
. Yang pertama
Ruqayyah. Setelah Ruqayyah meninggal, Utsman dinikahkan Nabi
dengan putrinya
Ummu Kul
tsum. Ummu Kultsum juga meninggal di masa hidup Nabi .
Dia melakukan dua kali hijrah, yang pertama ke Habasyah. Di sana
ia sukses dalam berbisnis. Namun, dua tahun kemudian ia kembali ke Maekah. Dan
kemudian turut serta hijrah ke Madinah.
Pada saat Perang Badar, istri Utsman, putri Nabi , Ruqayyah,
menderita sakit parah. Utsman tinggal di Madinah untuk menemani istrinya yang
sakit. Karena itulah ia tidak turut serta dalam Perang Badar. Pelajaran bagi
kita, seorang tokoh besar dan berpengaruh di masyarakat
, Utsman
bin Affan, setia menemani istrinya di hari terakhir. Ia adalah seorang
laki-laki baik yang penuh kasih dan manusia penyayang. Sesampainya kabar
kemenangan kaum muslimin di Badar, saat itu pula Ruqayyah telah meninggal dan
telah dimakamkan.
Utsman bin Affan terkenal dengan sifat malu dan kemurahan hati
yang tak berujung. Diriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad
berbaring di
rumahnya sementara bagian dari kaki beliau terlihat. Abu Bakar meminta izin
untuk masuk, beliau mengizinkannya dan berbicara dengann
ya.
Kemudian Umar bin al-Khattab meminta izin masuk, beliau juga mengizinkannya dan
berbicara kepadanya. Lalu Utsman bin Affan meminta izin masuk, lalu Nabi
duduk dan
merapikan pakaiannya. Utsman pun diizinkan masuk dan beliau berbicara
kepadanya.
Ketika Utsman pergi, Ummul Mukminin Aisya radhiallahu
‘anha
 bertanya, “Abu Bakar datang Anda tidak
bergerak. Umar datang Anda tidak juga bergerak, tapi ketika Utsman datang, Anda
duduk dan merapikan pakaian Anda?”
Nabi menjawab, “Apakah aku tidak merasa malu dengan
seorang laki-laki yang para malaikat merasa malu?” (Sahih Muslim, hadis: 2401).
Betapa agung dan terhormat laki-laki ini, bahkan para malaikat surga pun
menaruh penghormatan khusus padanya.
Kedermawanan Menantu Rasulullah
Kemurahan hati dan kedermawanannya, terus tiada henti. Ia merasa
bahagia menghabiskan sejumlah besar kekayaannya untuk membantu umat Islam.
Tak beberapa lama setelah kaum muslimin hijrah ke Madinah, mereka
mengalami kesulitan air. Dan mereka sangat membutuhkan sumber air minum. Sementara
itu, hanya ada satu sumur di sekitar mereka. Sumur itu dimiliki oleh seorang
pria Yahudi. Si Yahudi menjual air kepada kaum muslimin dengan harga yang
begitu tinggi. Kondisi hidup pun kian sulit.
Nabi Muhammad memotivasi para sahabatnya, siapa yang dapat
membeli sumur milik si Yahudi (Sumur Ruma), kemudian mendermakannya untuk kaum
muslimin. Imbalannya adalah sebuah rumah di surga.
Utsman bin Affan yang pertama maju. Dia mendekati si Yahudi,
mencoba membeli sumur. Awalnya Yahudi itu menolak tawaran Utsman. Kemudian
Utsman menawarkan membeli setengahnya. Satu hari menjadi milik Utsman, dan hari
berikutnya menjadi miliki si Yahudi. Begitu seterusnya. Yahudi itu pun menerima
tawaran Utsman. Pada hari giliran Utsman, ia memberikan air gratis untuk semua
orang. Dan di hari berikutnya, tak ada yang datang untuk mengisi air. Sumur itu
pun tak menghasilkan uang lagi untuk laki-laki Yahudi itu. Akhirnya, si Yahudi
menjual setengah sisanya kepada Utsman.
Utsman bin Affan memberikan air sumur tersebut secara gratis
kepada masyarakat. Hingga hari ini, air sumur tersebut masih digunakan.
Berulang kali, kemurahan hati Ustman menjadi berkah bagi kaum
muslimin di masa-masa sulit. Pernah terjadi kemarau panjang di masa
kekhalifahan Umar bin al-Khattab. Satu tahun penuh tak juga turun hujan.
Tanaman layu dan mati. Masyarakat ditimpa bencana kelaparan. Lalu datang sebuah
kafilah dengan 1.000 onta yang sarat dengan biji-bijian dan perlengkapan.
Barang-brang kebutuhan itu baru saja tiba dari Suriah. Semuanya adalah milik Utsman
bin Affan.
Para pedagang dan pembeli cepat-cepat bernegosiasi dengan Utsman.
Menawar dan membeli barang-barangnya untuk untuk melepaskan diri dari lilitan
kesulitan. Mereka menawar, membeli biji-bijian dengan keuntungan 5%, tapi
tawaran mereka ditolak sang pemilik. Kata Utsman, ada tawaran yang lebih baik
dari yang mereka berikan. Barangnya sudah ditawar dengan keuntungan sepuluh
kali laba. Para pedagang dan pembeli merasa putus asa dengan tawaran Utsman.
Mereka tidak sanggup membayar lebih dari penawar yang telah Utsman sebutkan.
Sejurus kemudian, Utsman bagikan gratis barang-barang dagangannya. Allah lah
yang akan membalasnya sepuluh kali lipat bahkan sampai tujuh ratus kali lebih.
Utsman distribusikan seluruh persediaan biji-bijian tersebut kepada orang-orang
miskin, gratis!
Dalam hukum ekonomi, saat permintaan naik, maka harga barang pun
akan naik. Namun itu tidak berlaku bagi Utsman, saat permintaan masyarakat naik
karena terdesak dan sangat butuh akan bahan pangan, saat itu pula ia turunkan
harga. Ia bagikan secara cuma-cuma. Dan ia jadikan momen tersebut untuk
‘berniaga’ dengan Allah
. Perdagangan yang tak akan rugi.
Utsman juga pernah menginfakkan harta 1000 dinar untuk membiayai
pasukan di masa-masa sulit (
jaisyul usrah). Jika
satu dinar sama dengan 2,3 juta. Maka satu kali infak tersebut, Utsman
mengeluarkan uang 2,3 Milyar. 2,3 Milyar di zaman itu, berbeda nilainya dengan
zaman sekarang. Di zaman itu nilai uang jauh lebih tinggi dibanding sekarang.
hingga Rasulullah
bersabda,
مَا ضَرَّ ابْنَ عَفَّانَ مَا
عَمِلَ بَعْدَ الْيَوْمِ.
“Tidak membahayakan bagi Utsman apa yang dia kerjakan setelah hari
ini.” Beliau mengucapkannya berulang-ulang. (HR. Ahmad).


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *