IslamicTunesNews | MENGENAL THIFAN PO KHAN, KUNGFU MUSLIM YANG BERUMUR LEBIH DARI 10 ABAD

Beladiri Tifan Po
khan tahukah?

Bentuk dari persiapan berperang adalah dengan melatih fisik
agar menjadi kuat, salah satunya adalah dengan belajar beladiri. Beladiri yang
dipelajari haruslah sesuai dengan syari’at. Dikutip dari perkataan Ustadz Ammi
Nur Baits (dewan pembina Konsultasisyariah.com), beladiri yang sesuai syariat
haruslah:
1.    Beladiri hanyalah
sebagai olah raga dan permainan. Jangan jadikan beladiri sebagai sebab membenci
seseorang hanya karena berbeda aliran. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah:



Dari Jundub bin Abdillah al-Bajali Radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قُتِلَ تَحْتَ رَايَةٍ عِمِّيَّةٍ يَدْعُو عَصَبِيَّةً أَوْ يَنْصُرُ عَصَبِيَّةً فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ

Siapa yang terbunuh karena latar belakang yang tidak jelas, menghidupkan
semangat kesukuan atau membela kelompok, maka dia mati dalam kondisi jahiliyah.
(HR. Muslim 1850).

ini tentu berbeda dengan realita yang ada di masyarakat,
dimana permusuhan atau benci bisa muncul hanya karena berbeda golongan walaupun
mereka sesama muslim. Sementara yang diajarkan dalam islam adalah loyalitas dan
persatuan atas iman dan takwa.
Allah berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu. (QS. al-Hujurat: 10)

Menyikapi perbedaan aliran dalam beladiri antar sesama
muslim haruslah disikapi dengan sikap positif, sikap saling mendukung jika
memang tujuannya adalah ridha Allah semata, bukan malah saling berselisih.
2.    Hindari semua yang
berbau kesyirikan atau mempersekutukan Allah. Banyak ditemukan di masyarakat
beladiri yang menggunakan pernapasan ditambah dengan amalan-amalan tertentu.
Amalan – amalan tersebut umumnya bertujuan untuk membuat sakti. Kesaktian yang
didapatkan bisa berupa tubuh kebal pukul, menjatuhkan lawan dari jauh,
bertarung dengan mata tertutup dan sejenisnya.Dikatakan syirik adalah dengan
menggunakan kaidah: “mengambil sebab yang bukan sebab, itu kesyirikan”.
Maksudnya adalah ketika ingin mendapatkan sesuatu namun cara
yang digunakan tidak logis, misal ingin tahan pukul lalu melakukan ibadah
tertentu sebagai syarat untuk mendapatkannya. Seperti yang biasa terjadi pada
beladiri di masyarakat, contohnya adalah:
Syaikhul Islam mengatakan,

وأما الإنحناء عند التحية: فينهى عنه، كما في الترمذي عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم أنهم سألوه عن الرجل يلقى أخاه ينحني له؟ قال : لا) ولأن الركوع والسجود لا يجوز فعله إلا لله عزوجل

Membungkuk ketika memberi salam hukumnya terlarang. Sebagaimana diriwayatkan
Turmudzi dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa para sahabat bertanya,
jika ada orang yang ketemu temannya, bolehkah dia membungkuk? Jawab Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Tidak boleh.’ Karena rukuk dan sujud tidak
boleh dilakukan kecuali untuk Allah. (Majmu’ Fatawa, 1/377)

Tentunya beberapa beladiri mengajarkan untuk rukuk maupun
sujud, sebaiknya hindari gerakan-gerakan seperti itu.
  • Jangan sombong, jangan sampai
    kemampuan anda membuat hati menjadi sombong. Bisa jadi setan memanfaatkan
    kondisi anda untuk menjadikan ada seorang yang zhalim.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَكُونُوا عَوْناً لِلشَّيْطَانِ عَلَى أَخِيكُمْ

Janganlah kalian menjadi penolong bagi setan untuk mendzalimi saudara kalian.
(HR. Ahmad 4252 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

karenanya anda harus memiliki kepandaian dalam menjaga
emosi, terlebih ketika anda sudah ahli dalam beladiri.

Saya rasa anda pasti manggut-manggut mendengar penjelasan di atas, itu wajar
saja, karena hal tersebut jamak ditemui di sekitar kita. Karena beladiri tidak
hanya menanamkan kemampuan fisik dan mental, namun juga menanamkan ideologi.

Itulah mengapa
sebaiknya anda berlatih beladiri yang sesuai dengan syariat islam, karena
ideologi yang ditanamkan adalah murni untuk mencari Ridho dari Allah sub
ānahū wa-taʿālā. Ideologi ini dapat menghindarkan
anda dari rasa sombong atau rasa ingin mencari yang terkuat, karena sebaiknya
sesama muslim berlomba-lomba dalam kebaikan(
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ).
Thifan Po Khan
(kepalan tangan bangsawan) adalah beladiri yang dikembangkan oleh suku-suku
muslim di dataran Cina. Singkatnya, Thifan Po Khan merupakan Kung Fu muslim
yang dikhususkan untuk kalangan bangsawan.

Ada beberapa macam
sejarah yang penulis temukan mengenai asal-usul dari Thifan. Diantaranya:
Thifan Po Khan merupakan perpaduan dari berbagai macam
beladiri dari suku – suku muslim di dataran saldsyuk(seljuk) Cina. Pada saat
islam mulai menyebar ke kawasan Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara,
kaum muslimin di daerah ini mempelajari beladiri masyarakat setempat.
Pada waktu itu, seorang bangsawan dari suku Tayli yang bernama
Je’nan menghimpun berbagai macam ilmu beladiri yang tersebar dari taran
Saldsyuk sampai dataran Cina. Bersamaan dengan para pendekar muslim lainnya
yang memiliki berbagai keahlian beladiri seperti gulat Mogul, Tatar, Saldsyuk,
silat Kittan, Tayli, lalu mereka membentuk sebuah aliran baru yang bernama
Shurul Khan.
Dari beladiri bernama Shurul Khan ini lalu terbentuk lagi
berbagai aliran seperti: Naimanka, Kraiddsyu, Suyi, Syirugrul, Namsuit,
Bahroiy, Tae Fatan, Orluq dan Payuq. Ke 9 aliran tersebut lalu diteliti dan
diolah sehingga akhirnya menjadi cikal bakal lahirnya Thifan Po Khan.

Thifan Masuk Ke Indonesia

Sekitar abad ke-16, Raja dari Kerajaan Aceh
yang bernama Sultan Malik Muzafar Syah mendatangkan para pelatih Thifan asal
Turki Timur untuk melatih para bangsawan di Sumatera. Sejak saat itulah nama
Thifan mulai dikenal di Indonesia.
Ini mungkin karena
pada saat itu Aceh merupakan salah satu persemakmuran dari ke khalifahan islam
yaitu Turki Utsmani / Ottoman, karenanya Aceh dikirimkan para pendekar dari
Turki.
Lalu pada abad ke
-18, Tuanku Rao dan kawan-kawanya menyebarkan beladiri Thifan ke daerah
Tapanuli Selatan, Minang dan akhirnya ke Sumatera bagian timur sampai dengan
Riau yang berpusat di Batang Uyun/Merbau. Thifan juga sampai ke daerah Betawi
dan sekitarnya berkat Tuanku Haji atau Hang Udin.
Thifan mulai masuk ke
pulau Jawa dari para pedagang asal Tartar. Sambil menjual kain, mereka juga
sekaligus memperkenalkan Thifan pada masyarakat setempat. Sedangkan di luar
Jawa, Thifan disebarkan oleh pendekar yang berpetualang bahkan sampa ke
Malaysia dan Thailand Selatan.


Posted

in

, ,

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *