IslamicTunesNews | MENJADI INSAN KAMIL

IslamicTunesNews- Manusia adalah Sebuah ciptaan yang paling sempurna dibanding ciptaan yang lain, manusia yang dibekali dengan akal dan hati sebagai pembeda antara yang haq dan yang batil. sungguh sangat unik ketika kita mengkaji manusia karena penuh misteri khususnya dalam hal pencapaian diri atau pencapaian sebagai insane kamil, meskipun hal itu sulit untuk diraih tapi kita pun tidak semudah untuk menyerah, dengan dibekali kelebihan yang ada pada diri manusia maka tidak menutup kemungkinan untuk bisa mencapainya. mengutip pernyataan Jalaluddin Rakhmat dalam sebuah pengantar (Murtadha Muthahhari, 1994) mengatakan bahwa manusia merupakan miniatur dari alam raya. Jika pada alam raya terdapat tiga tingkat alam yaitu : rohani, khayali, dan jasmani, maka pada manusia ketiga alam tersebut juga terwujud yaitu dalam bentuk ruh, nafs(diri), dan jism (tubuh).

Perlu kita ketahui Insan(manusia) adalah makhluk Allah yang diciptakan dengan sebaik-baiknya penciptaan. meskipun dalam prakteknya manusia tidak bisa sempurna tapi kitapun tetap berusah untuk menjadi pribadi-pribadi yang selalu berusaha dan berbuat yang terbaik bagi yang lainya.
Menjadi insan kamil merupakan dambaan semua orang, namun tidak semua orang dapat mencapainya, bahkan sebagiannya hanya dilisan atau angan-angan. Sudah tentu ini tidak benar, karena cita-cita dan keinginan harus dibarengi dengan usaha dan kesungguhan mencapainya. Lalu bagaimana mencapainya? Bagaimana bisa menjadi insan kamil?
170_quotmatahari_terbit_di_kota_batuquotMembentuk manusia menjadi manusia sempurna (insan kamil) hanya dapat dilakukan dengan ibadah kepada Allah Ta’ala. Karena peribadatan merupakan tujuan kesempurnaan seorang manusia. Dengannya manusia dapat mewujudkan tujuan penciptaannya, berarti sempurnakan sifat kemanusiaannya. Jika telah sempurna sifat manusianya maka berarti telah menjadi insan kamil.
Oleh karena itulah Nabi kita Muhammad dikatakan manusia sempurna dan mendapat kedudukan tertinggi diantara makhluk Allah Ta’ala. Beliau peroleh kedudukan ini dengan kesempurnaan peribadatan beliau kepada Allah Ta’ala, sehingga memperoleh pujian dan keridhoan ilahi Robb.
Semakin sempurna perwujudan ibadah seorang akan membuatnya lebih sempurna dan tinggi dihadapan Allah Ta’ala. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman:
يَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Surat Al Hujrat 49:13)
Untuk mengetahui ciri-ciri Insan Kamil dapat ditelusuri pada berbagai pendapat yang dikemukakan para ulama yang keilmuannya sudah diakui, termasuk di dalamnya aliran-aliran. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1. Berfungsi Akalnya Secara Optimal
Fungsi akal secara optimal dapat dijumpai pada pendapat kaum Mu’tajzilah. Menurutnya manusia yang akalnya berfunsi secara optimal dapat mengetahui bahwa segala perbuatan baik seperti adil, jujur, berakhlak sesuai dengan esensinya dan merasa wajib melakukan hal semua itu walaupun tidak diperintahkan oleh wahyu. Manusia yang berfungsi akalnya sudah merasa wajib melakukan perbuatan yang baik. Dan manusia yang demikianlah yang dapat mendekati tingkat insan kamil. Dengan demikian insan kamil akalnya dapat mengenali perbuatan yang baik dan perbuatan buruk karena hal itu telah terkandung pada esensi perbuatan tersebut.
2. Berfungsi Intuisinya
Insan Kamil dapat juga dicirikan dengan berfungsinya intuisi yang ada dalam dirinya. Intuisi ini dalam pandangan Ibn Sina disebut jiwa manusia (rasional soul). Menurutnya jika yang berpengaruh dalam diri manusia adalah jiwa manusianya, maka orang itu hampir menyerupai malaikat dan mendekati kesempurnaan.
3. Mampu Menciptakan Budaya
Sebagai bentuk pengamalan dari berbagai potensi yang terdapat pada dirinya sebagai insan, manusia yang sempurna adalah manusia yang mampu mendayagunakan seluruh potensi rohaniahnya secara optimal. Menurut Ibn Khaldun manusia adalah makhluk berfikir. Sifat-sifat semacam ini tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Lewat kemampuan berfikirnya itu, manusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga menaruh perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makna hidup. Proses-proses semacam ini melahirkan peradaban.
Tetapi dalam kacamata Ibn Khaldun, kelengkapan serta kesempurnaan manusia tidaklah lahir dengan begitu saja, melainkan melalui suatu proses tertentu. Proses tersebut sekarang ini dikenal dengan revolusi.
4. Menghiasi Diri Dengan Sifat-Sifat Ketuhanan
Manusai merupakan makhluk yang mempunyai naluri ketuhanan (fitrah). Ia cenderung kepada hal-hal yang berasal dari Tuhan, dan mengimaninya. Sifat-sifat tersebut membuat ia menjadi wakil Tuhan di muka bumi. Manusia seabagai khalifah yang demikian itu merupakan gambaran ideal. Yaitu manusia yang berusaha menentukan nasibnya sendiri, baik sebagai kelompok masyarakat maupun sebagai individu. Yaitu manusia yang memiliki tanggung jawab yang besar, karena memiliki daya kehendak yang bebas.
5. Berakhlak Mulia
Insan kamil juga adalah manusia yang berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan pendapat Ali Syari’ati yang mengatakan bahwa manusia yang sempurna memiliki tiga aspek, yakni aspek kebenaran, kebajikan dan keindahan. Dengan kata lain ia memiliki pengetahuan, etika dan seni. Semua ini dapat dicapai dengan kesadaran, kemerdekaan dan kreativitas. Manusia yang ideal (sempurna) adalah manusia yang memiliki otak yang briliyan sekaligus memiliki kelembutan hati. Insan Kamil dengan kemampuan otaknya mampu menciptakan peradaban yang tinggi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga memiliki kedalaman perasaan terhadap segala sesuatu yang menyebabkan penderitaan, kemiskinan, kebodohan, dan kelemahan.
6. Berjiwa Seimbang
Menurut Nashr, bahwa manusia modern sekarang ini tidak jauh meleset dari siratan Darwin. Bahwa hakikat manusia terletak pada aspek kedalamannya, yang bersifat permanen, immortal yang kini tengah bereksistensi sebagai bagian dari perjalanan hidupnya yang teramat panjang. Tetapi disayangkan, kebanyakan dari merekan lupa akan immortalitas yang hakiki tadi. Manusia modern mengabaikan kebutuhannya yang paling mendasar, yang bersifat ruhiyah, sehingga mereka tidak akan mendapatkan ketentraman batin, yang berarti tidak hanya keseimbangan diri, terlebih lagi bila tekanannya pada kebutuhan materi kian meningkat, maka keseimbangan akan semakin rusak.
Kutipan tersebut mengisyaratkan tentang perlunya sikap seimbang dalam kehidupan, yaitu seimbang antara pemenuhan kebutuhan material dengan spiritual atau ruhiyah. Ini berarti perlunya ditanamkan jiwa sufistik yang dibarengi dengan pengamalan syari’at Islam, terutama ibadah, zikir, tafakkur, muhasabbah dan seterusnya.

Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *