IslamicTunesNews | SEBUAH KEMATIAN YANG SANGAT INDAH


Sahabat IslamicTunesNews yang insyaAllah dimuliakan Allah SWT, semoga kisah berikut bisa menggugah hati kita, mari kita simak kisah berikut:

Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua
orangtuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar do’a ibuku saat
pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam
Shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi
jika saat musim dingin yang menyeng

at tulang.

Aku sungguh heran. Bahkan hingga aku berkata kepada’ diri sendiri: “Alangkah
sabarnya mereka…setiap hari begitu…benar-benar mengherankan!”

Aku belum tahu bahwa di situlah kebahagiaan orang mukmin, dan itulah shalat
orang-orang pilihan…Mereka bangkit dari tempat tidumya untuk bermunajat kepada
Allah.

Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang.
Tetapi diriku semakin jauh dari Allah. Padahal berbagai nasihat selalu kuterima
dan kudengar dari waktu ke waktu.

Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan ke kota yang jauh dari kotaku.
Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban
sebagai orang terasing.

Di sana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur’an. Tak ada lagi suara ibu
yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian, jauh
dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati.

Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol. Di samping menjaga
keamanan jalan, tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.

Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat
dan dedikasi tinggi.

Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku bingung dan sering
melamun sendirian…banyak waktu luang…pengetahuanku terbatas.

Aku mulai jenuh…tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku’sebatang kara.
Hampir tiap’•hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu
kecopetan atau bentuk-bentult penganiayaan lain. Aku bosan dengan rutinitas.
Sampai suatu hari terjadilah suatu peristiwa yang hingga kini tak pernah
kulupakan.

Ketika kami dengan seorang kawan sedang bertugas di sebuah pos jalan.Kami asyik
ngobrol…tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras.

Kami mengalihkan pandangan. Teryata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain
yang meluncur dari arah berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian
untuk menolong Korban.

Kejadian yarng sungguh tragis. Kami lihat dua awak salah satu mobil daIam
kondisi sangat kritis kedua nya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami
bujurkan di tanah.

Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan
amat mengerikan. Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi
koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. : Ucapkanlah
“Laailaaha Illallaah…Laailaaha Illallaah…” perintah temanku.

Tetapi sungguh mengherankan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan
itu membuatku merinding.

Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat…Kembali ia
menuntun korban itu membaca syahadat.

Aku diam membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku
belum pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi
seperti ini. Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat.
Tetapi… keduanya tetap terus saja melantunkan lagu.

Tak ada gunanya…

Suara lagunya semakin melemah…lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak
bersuara lagi, disusul orang kedua. Tak ada gerak… keduanya telah meninggal
dunia.

Kami segera membawa mereka ke dalam mobil.Temanku menunduk, ia tak berbicara
sepatah pun. Selama pejalanan hanya ada kebisuan, hening.Kesunyian pecah ketika
temanku memulai bicara. Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su’ul
khatimah (kesudahan yang buruk). Ia berkata: “Manusia akan mengakhiri hidupnya
dengan baik atau buruk. Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang
dilakukan olehnya selama di dunia”. Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai
kisah yang diriwayatkan dalam buku-buku Islam. Ia juga berbicara bagaimana
seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir
batin.

Perjalanan ke rumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang
kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami
sedang membawa mayat.

Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran
berharga bagiku. Hari itu, aku shalat kusyu’ sekali.Tetapi perlahan-lahan aku
mulai melupakan peristiwa itu.

Aku kembali pada kebiasaanku semula…Aku seperti tak pemah menyaksikan apa yang
menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu lalu. Tetapi sejak saat itu,
aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau
tenggelam menikmatinya seperti sedia kala. Mungkin itu ada kaitannya dengan
lagu yang pemah kudengar dari dua orang yang sedang sekarat dahulu.

Kejadian Yang Menakjubkan…

Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu…sebuah kejadian menakjubkan
kembali terjadi di depan mataku. Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan,
tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota.

Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri di
belakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil dengan
kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itu pun langsung
tersungkur seketika.

Aku dengan seorang kawan, bukan yang menemani-ku pada peristiwa yang pertama-
cepat-cepat menuju tempat kejadian. Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula
kami menghubungi rumah sakit agar langsung mendapat penanganan. Dia masih muda,
dari tampangnya, ia kelihatan seorang yang ta’at menjalankan perintah agama.

Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak sempat
memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika kami membujurkannya di
dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya.Ia
melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an…dengan suara amat lemah “Subhanallah! ”
dalam kondisi kritis seperti , ia masih sempat melantunkan ayat-ayat suci
Al-quran? Darah mengguyur seluruh pakaiannya; tulang-tulangnya patah, bahkan,ia
hampir mati.

Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan
suaranya yang merdu. Selama hidup aku tak pernah mendengar suara bacaan’ al
quran seindah itu. Dalam batin aku bergumam sendirian: “Aku akan menuntun
membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu… apalagi aku
Sudah punya pengalaman” aku Meyakinkan diriku sendiri.

Aku dan kawanku seperti kena hipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Quran yang
merdu itu. Sekonyong-konyong tubuhku merinding menjalar dan menyelusup ke
setiap rongga. tiba-tiba suara itu berhenti. Aku menoleh ke belakang.
Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya
terkulai, aku melompat ke belakang. Kupegang tangannya, detak jantungnya
nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia telah meninggal dunia.

Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, kusembunyikan tangisku,
takut diketahui kawanku. Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah
wafat. Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku.
Aku terus menangis, air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul
sangat mengharukan.

Sampai di rumah sakit…Kepada orang-orang di sana kami mengabarkan perihal
kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan.
Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang
meneteskan air mata. Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera
menghampiri jenazah dan mencium keningnya.

Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui
secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan. Mereka ingin memberi penghormatan
terakhir kepada jenazah, semua ingin ikut menyalatinya. salah seorang petugas
rumah sakit menghubungi rumah almarhum.

Kami ikut mengantarkan jenazah hingga ke rumah keluarganya. Salah seorang
saudaranya mengisahkanl ketika kecelakaan sebetulnya almarhum hendak menjenguk
neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap hari Senin.

Di sana almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang miskin.
Ketika tejadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan
barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama
dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang
yang ia santuni. Bahkan ia juga membawa permen untuk dibagi-bagikan kepada
anak-anak kecil.

Bila ada yang mengeluhkan-padanya tentang kejenuhan dalam pejalanan, ia
menjawab dengan halus. “Justru saya memanfaatkan waktu pejalananku dengan
menghafal dan mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an, juga dengan mendengarkan
kaset-kaset pengajian, aku mengharap ridha Allah pada setiap langkah kaki yang
aku ayunkan,” kata almarhum. Aku ikut menyalati jenazah dan mengantamya sampai
ke kuburan. 

Dalam liang lahat yang sempit, almarhum dikebumikan. Wajahnya dihadapkan ke
kiblat. “Dengan nama Allah dan atas ngama Rasulullah”. pelan-pelan, kami
menimbuninya dengan tanah…Mintalah kepada Allah keteguhan hati saudaramu,
sesungguhnya dia akan ditanya… Almarhum menghadapi hari pertamanya dari
hari-hari akhirat…

Dan aku… sungguh seakan-akan sedang menghadapi hari pertamaku di dunia.Aku
benar-benar bertaubat dari kebiasaan burukku. Mudah-mudahan Allah mengampuni
dosa-dosaku di masa lalu dan meneguhkanku untuk tetap mentaatinya, memberiku
kesudahan hidup yang baik (khusnul khatimah) serta menjadikan kuburanku dan
kuburan kaum muslimin sebagai taman-taman Surga. Aamiin ….


Posted

in

,

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *